Rabu, 03 Juli 2013

Belajar Hidup dari Apep Si Petani Kecil


RABU, 19 JUNI 2013

Pertama kali mendengar kisah tentang apep saya langsung jatuh cinta pada karakter anak tangguh yang satu ini, dan ternyata malam itu sosok apep yang di kisahkan ada di depan mata, ukuran badan nya sama atau bahkan lebih kecil dari anak kelas 2 SD d sampingnya. Tapi tak diragukan di balik badan kecilnya itu tersimpan jiwa besar yang langka di miliki anak-anak seusianya.

Bocah 13 tahun ini memutuskan untuk berhenti sekolah sejak kelulusan SD nya setahun yang lalu, ia lalu membantu ibu mencari nafkah dengan menjadi buruh tani di ladang-ladang milik juragan di kampung itu, penghasilan nya hanya 10.000 saja padahal apep harus ke gunung untuk melakukan pekerjaan nya itu dari pagi hingga siang.

sang ayah telah meninggalkan apep dan ibunya begitu saja 3 hari sebelum apep di lahirkan, ia tidak memberikan kabar apapun lagi hingga saat ini. ibu apep lalu menikah dengan pria lain dan di karuniai 2 anak yaitu dian dan nyai. ayah kedua apep inipun baru saja meninggal beberapa bulan lalu karena sakit, Kini apep bersama ibu berjuang keras bagi kelangsungan hidup mereka, dian dan nyai.

Jam 6 pagi itu saya ke rumah apep, rencananya mau ikut ke tempat kerja apep di gunung sana. Apep sempat beberapa kali mengingatkan saya bahwa perjalanan cukup jauh dan jalan juga licin karena sedang musim hujan, tapi saya keukeuh dan akhirnya berangkatlah saya dengan sandal keren berjalan di belakang apep yang melangkah gagah dengan sepatu boot nya.

Perjalanan di hentikan sejenak, karena 2 sendal yang saya kenakan putus seketika. jadilah saya serodotan di jalanan licin tanpa sendal dengan perjalanan yang cukup jauh.

“ itu suara si nyai ka, nyaiiiii !”, teriak apep dengan wajah sumringah, terlihat sekali apep sangat senang ketika hendak menjumpai si nyai adik kecilnya.
“apep sayang ke nyai ya?” tanyaku, dan apep hanya tersenyum sambil mengangguk.

Apep bekerja di ladang di pegunungan itu, ia melakukan berbagai pekerjaan buruh seperti yang di minta majikan nya, mulai dari menanam bibit, memanen, memberi pupuk, mengangkut hasil panen, membersihkan rumput hingga menggendong tabung penyemprot hama yang beratnya lebih dari 2x berat badan nya. Apep menjalani pekerjaan itu dengan senang hati dari pagi hingga tengah hari atau bahkan hingga maghrib. seperti anak kebanyakan jika hanya bekerja setengah hari apep mengisi waktu maghribnya dengan mengaji bersama rekan lain nya di masjid.
Setelah menyelesaikan pekerjaan nya, siang itu apep langsung menghampiri  ladang tempat ibunya bekerja. dengan sigap apep pun membawa nyai di pundaknya, berjalan menyusuri jalanan licin menuju ke kampung nya. Sambil berjalan di belakang apep saya menyaksikan bagaimana gagahnya anak bertubuh kecil ini berjalan, memindahkan nyai dari pundak ke punggung dan sebaliknya jika ia merasa pegal.

alhamdulillah, bersama anak-anak hebat dari berbagai pelosok lain nya insya Allah apep akan berangkat ke Bandung. ia akan menjadi salah satu penghuni Pondok Prestatif Indonesia, salah satu program pos pendidikan Kampus Peduli.


0 komentar:

Posting Komentar